ISI YOGYAKARTA GELAR KULIAH UMUM SINEMA INDONESIA-MALAYSIA, BAHAS SEJARAH DAN IDENTITAS BUDAYA SERUMPUN

ISI YOGYAKARTA GELAR KULIAH UMUM SINEMA INDONESIA-MALAYSIA, BAHAS SEJARAH DAN IDENTITAS BUDAYA SERUMPUN

Yogyakarta — Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menggelar kuliah umum bertajuk “Historicising Indonesia–Malaysia Cinematic Relations” pada Rabu, 3 Desember 2025, pukul 08.00–10.00 WIB di Studio 1 Program Studi Film dan Televisi (FTV), Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) ISI Yogyakarta. Kegiatan ini menjadi ruang akademik penting untuk menelaah hubungan historis antara sinema Indonesia dan Malaysia dalam perspektif lintas budaya dan waktu.

Kuliah umum menghadirkan Dr. Norman Yusoff, Senior Lecturer (Film), Faculty of Film, Theatre and Animation, Universiti Teknologi MARA (UiTM), Malaysia, sebagai pembicara utama. Turut hadir pula Dr. Aida, Dekan Faculty of Film, Theatre and Animation UiTM Malaysia, bersama dosen dan mahasiswa ISI Yogyakarta dari program studi yang berkaitan dengan film dan media.

Dalam pemaparannya, Dr. Norman Yusoff mengkaji dinamika hubungan sinematik Indonesia–Malaysia yang terbentuk melalui pertukaran kreatif, pengaruh politik, perubahan industri film, serta representasi identitas budaya di layar lebar. Ia menegaskan bahwa sinema tidak dapat dipandang semata-mata sebagai hiburan, melainkan sebagai ruang perjumpaan sejarah, ideologi, dan kebudayaan dua negara serumpun.

“Film menjadi arsip visual yang merekam dinamika sosial dan politik, sekaligus menunjukkan bagaimana identitas budaya dikonstruksi dan diperdebatkan dari masa ke masa,” ungkap Dr. Norman dalam presentasinya.

Kegiatan juga dilengkapi dengan pemutaran cuplikan film dari periode berbeda, yang memperlihatkan evolusi gaya penceritaan, tema, serta cara masing-masing negara merepresentasikan dirinya di tingkat regional maupun global. Materi ini memberikan konteks konkret terhadap paparan historis yang disampaikan pembicara.

Sesi tanya jawab berlangsung aktif. Mahasiswa ISI Yogyakarta mengajukan pertanyaan seputar dinamika industri film kontemporer, relasi kuasa dalam produksi film lintas negara, hingga peluang kolaborasi sinematik Indonesia–Malaysia di masa depan. Diskusi ini menjadi ruang refleksi kritis sekaligus membuka wawasan tentang potensi kerja sama kreatif di bidang perfilman.

Kuliah umum ini dinilai penting sebagai upaya membaca ulang sejarah perfilman kawasan Asia Tenggara dari perspektif regional, bukan semata melalui narasi dominan global. Melalui kajian kritis ini, peserta diharapkan mampu memahami sinema sebagai medium yang merefleksikan sekaligus membentuk relasi sosial, politik, dan budaya di antara bangsa-bangsa serumpun.

Di akhir kegiatan, dilakukan sesi foto bersama, penandatanganan Implementation Arrangement (IA), serta penyerahan cinderamata dari Program Studi Film dan Televisi ISI Yogyakarta. Cinderamata diserahkan oleh Koordinator Program Studi FTV Latief Rakhman Hakim, M.Sn., didampingi sekretaris jurusan dan dosen-dosen FTV ISI Yogyakarta, kepada perwakilan dari Universiti Teknologi MARA Malaysia. (Humas)

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDID