BINGKAI BUDAYA LOKAL DALAM FESTIVAL FOTO INTERNASIONAL

BINGKAI BUDAYA LOKAL DALAM FESTIVAL FOTO INTERNASIONAL

Mendokumentasikan segala kearifan lokal dan kebudayaan yang masih melekat di suatu daerah menjadi inspirasi tersendiri bagi Fajri Azhari mahasiswa Jurusan Fotografi angkatn 2019, Fakultas Seni Media Rekam (FSMR), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Aji Susanto Anom, M. Sn.  dosen Jurusan Fotografi FSMR untuk mengabadikannya dalam sebuah karya foto. Karya-karya mereka terpilih untuk dipamerkan dalam festival foto yang diadakan oleh Panna Foto Institut pada gelaran The Exhibition Vision 20/20: Community (Contemporary Indonesian Engaged Photography).

Tema yang diusung oleh Fajri Azhari adalah respons terhadap kondisi fenomena gawai dan media sosial yang kini sudah menjadi suatu kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia. Dengan karya yang berjudul “NOMOPHOBIA” Fajri menggambarkan kenyataan yang sekaligus mewakili fakta tentang dampak dari ketergantungan terhadap gawai dan media sosial. Dengan pendekatan foto konseptual, ia berkarya dengan cara alternatif untuk menggambarkan apa yang dilihatnya dari adanya ketergantungan gawai dan media sosial. Pemilihan foto hitam putih dengan kontras yang tinggi pada foto- foto tersebut, baginya adalah cara menyampaikan   kesan yang dramatis, mencekam, dan menyiratkan kesan ketidaknyamanan dari dampak ketergantungan gawai tersebut.

Menurut Fajri sebagai pameris “VISION-20/20”, hal tersebut adalah suatu pencapaian yang sangat luar biasa. Pameran bersama fotografer senior dalam skala internasional adalah salah satu impian besar yang didambakan oleh fotografer muda saat ini. Melalui pameran tersebut fotografer muda  belajar pada fotografer senior tentang bagaimana dampak dari media fotografi terhadap lingkungan sekitar maupun lingkungan yang lebih global karena ternyata fotografi mendorong setiap manusia  untuk mempelajari ilmu-ilmu lain, seperti Antropologi, Psikologi, Sejarah, dan Filsafat.

Konsep yang disusun oleh Aji Susanto Anom mengungkapkan kecintaannya terhadap fotografi dengan istilah yang sederhana: “Fotografi adalah racun dunia yang menghantui hidup saya.” Sejauh ini, melalui proyek-proyek dokumenternya, ia banyak bersentuhan dengan budaya Indonesia dari sisi yang tak berwujud dan saling berkelindan (intangible). Proyeknya berjudul “River of Hades” mengantarnya menjadi salah satu finalis “Burn Magazine Emerging Photographer Fund 2016.”

 Melalui karya dokumenternya, Aji Susanto Anom harus bersentuhan dengan pengalaman-pengalaman mistis bersifat personal, namun di saat yang bersamaan juga bersifat transendental (gaib/sukar dipahami) hingga seolah hampir tak dapat  dirangkai dengan kata-kata lagi. Hal yang sifatnya dapat dirasakan dengan panca indra ia visualisasikan dalam karya  “The Lengger Lanang Dancer” (Penari Lengger Pria), yang menggali kedalaman tradisi masyarakat Jawa, yang tidak lepas dari ritual-ritual atau adat-istiadat manusia dengan leluhur. Karya fotonya tersebut menceritakan kisah “tentang tubuh di dalam tubuh (misalnya perempuan di dalam tubuh pria)”.

Kurator menyajikan karya Aji Susanto Anom dengan tayangan slide (slide show) karena hal tersebut didasari atas tampilan karyanya yang bersifat performatif atas sifat kehadira tarian Lengger Lanang yang memberikan tampilan tradisi yang secara umum bersifat performatif yang hingga kini pementasannya masih diminati oleh masyarakat.  Karya Aji Susanto Anom menjadi pembeda dari karya-karya yang lain karena pada saat pemutaran kebanyakan kontestan menampilkan budaya masa kini yang bersifat isu-sosial masyarakat namun Aji Susanto Anom menampilkan salah satu tradisi mistis populer di Jawa yang secara simbolis bersinggungan dengan warisan budaya lokal.

Pameran virtual yang dilaksanakan dari 17 Maret – 4 Oktober 2020 tersebut dapat disaksikan di channel Youtube Panna Foto Institute. Pameran VISION 20/20 merupakan proyek kolaborasi antara Galeri Jakopič (Ljubljana, Slovenia), PannaFoto Institute (Jakarta, Indonesia), dan Living Atelier DK (Zagreb, Kroasia). Pameran virtual tersebut dipamerkan secara serentak sehingga negara lain dapat ikut melihat  kekayaan budaya Indonesia melalui ragam foto yang disajikan. Karya  foto yang dipamerkan oleh Aji dan Fajri bukanlah hal yang kebetulan karena dua isu tersebut merupakan problematika keseharian masyarakat Indonesia di mana gender dalam berkesenian masih menjadi isu yang fenomenal bagi sebagian orang, sehingga acap dianggap berbenturan dengan nilai agama. Sedangkan karya Fajri merupakan representasi ketergantungan masyarakat daerah pada gawai pintar yang tidak terbatas pada masyarakat kota urban saja. Kedua pameris tersebut dengan perspektifnya masing-masing mencoba menunjukkan kepada dunia tentang budaya dan kedinamisan masyarakatnya dalam merespons problematika kebudayaan dan teknologi yang akan selalu berdampingan erat.

FAJRI AZHARI
Fajri Azhari merupakan mahasiswa aktif Jurussan Fotografi, FSMR, ISI Yogyakarta dalam pameran tersebut Fajri mengangkat tema “Nomophobia”
AJI SUSANTO ANOM
Foto profil Aji Susanto Anom, dalam pameran tersebut Aji mengangkat tema budaya bertajuk “Lengger Lanang”
Cari
Kategori