PAMERAN PHOTOGRAM “ANDHE’R” Embrio Artistik Kampus Seni Dimasa Pandemi

PAMERAN PHOTOGRAM “ANDHE’R” Embrio Artistik Kampus Seni Dimasa Pandemi

PAMERAN PHOTOGRAM “ANDHE’R”
Embrio Artistik Kampus Seni Dimasa Pandemi
Dr. Irwandi, M.Sn. & Novan Jemmi Andrea, M.Sn.

Sudah dua tahun pandemi Covid-19 melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Akibatnya, masyarakat harus beradaptasi dengan cara hidup yang baru, dalam berbagai aspek. Contoh sederhana bisa diamati dari dunia pendidikan. Proses belajar mengajar terpaksa dijalankan secara daring.

Pada proses perkuliahan daring di perguruan tinggi, kondisi berbeda sangat terasa di tahun ini. Jika tahun lalu mahasiswa baru angkatan 2019 masih sempat merasakan perkuliahan tatap muka secara luring sebelum pandemi melanda, maka saat ini mahasiswa baru tahun angkatan 2020 belum pernah sama sekali merasakan pengalaman tersebut. Pengaruhnya adalah pada pembiasaan para mahasiswa untuk mengikuti proses pembelajaran diberbagai mata kuliah teori maupun praktik.

Ilustrasi diatas sengaja dijadikan pengantar dalam naskah kuratorial ini karena beberapa hal. Pertama, dengan melihat kondisi yang realistis, maka para mahasiswa baru adalah para mahasiswa yang belum merasakan atmosfer kampus seni tempat mereka kuliah. Kedua, dengan kondisi tersebut maka besar kemungkinannya mereka belum terlalu memiliki pengalaman dalam aktivitas penciptaan karya seni, khususnya fotografi. Namun demikian, Program Studi (Prodi) Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam (FSMR), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, melalui para dosennya sudah mengantisipasi dan menerapkan berbagai kebijakan untuk menjaga kualitas capaian hasil akhir pembelajaran.

Setiap semester genap, Mata Kuliah Fotografi Hitam Putih diajarkan di Prodi Fotografi. Mata kuliah ini berisi materi tentang teknik fotografi analog, mulai dari hulu ke hilir. Mahasiswa yang mengikuti kuliah itu dikenalkan dengan kamera analog, film negatif, alat dan sarana untuk mencuci film negatif serta tata cara mencetak foto secara manual, hingga wawasan teknik-teknik alternatif terkait fotografi analog. Mereka kemudian melakukan praktikum pemotretan dengan teknologi analog, dan memprosesnya hingga menjadi karya akhir fotografi yang dapat dinikmati. Kata “dinikmati” ini terkait dengan tuntutan capaian akhir pembelajaran berupa pameran karya hasil praktikum mahasiswa yang dilakukan secara terbuka dan dapat dinikmati oleh siapa saja yang mengunjungi pameran. Selama masa pandemi, dosen pengampu Mata Kuliah Fotografi Hitam Putih memutuskan menerapkan kebijakan khsusus berupa praktikum mandiri yang dilakukan dengan teknik alternatif spesifik, yaitu photogram. Teknik photogram ini dipilih karena dirasa lebih fleksibel daripada teknik lainnya, dan memungkinkan untuk dilakukan secara mandiri oleh para mahasiswa di rumah masing-masing. Alat dan bahan untuk mempraktikkan teknik ini pun masih banyak tersedia, dan sangat memungkinkan untuk diakses oleh para mahasiswa.

Terkait dengan proses pameran, biasanya para mahasiswa mengusung tema tertentu yang mewakili ide dan gagasan kolektif mereka. Kadang kala tema yang diusung mencerminkan karakter karya yang dihasilkan. Bisa juga tema yang disepakati adalah tema umum yang mencerminkan proses berkarya. Penentuan tema yang terakhir tadi, menjadi karakteristik tema yang diusung oleh para mahasiswa angkatan 2020 yang menyelengggarakan pameran Photogram bertajuk “ANDHE”R”. Tidak ada ketentuan kaku terkait gagasan yang harus ditampilkan dalam setiap karya yang dihasilkan, sebaliknya kebebasan berekspresi yang diberikan justru memberikan ruang bagi eksplorasi artistik para mahasiswa. Kebebasan yang diberikan bukan berarti hanya mendorong mahasiswa menghasilkan karya yang “kosong”. Sebaliknya, kebebasan ini memberikan ruang bagi gagasan-gagasan personal yang ingin disampaikan. Gagasan-gagasan tersebut berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari hobi, tanggapan terhadap isu-isu kontemporer, maupun juga luapan emosi terkait pengalaman personal.

Karya-karya photogram dalam pameran ini diseleksi dengan kriteria yang berlapis. Kriteria pertama adalah visual/graphically appealing untuk menyeleksi karya-karya yang memiliki tampilan visual aspek formal yang atraktif. Pada kriteria ini, kreativitas mahasiswa dalam memanfaatkan bahan yang terbatas dengan kreatif juga menjadi pertimbangan, misalnya membuat karya yang berukuran besar dengan menggabungkan beberapa kertas foto berukuran 3R. Kriteria pertama ini sekaligus menjadi aspek penilaian mendasar atas karya yang dihasilkan oleh para mahasiswa sebagai hasil praktik mandiri. 

Kriteria berikutnya adalah visualisasi ide, untuk mengamati bagaimana ide dan gagasan abstrak dari masing-masing mahasiswa diwujudkan menjadi sebuah karya yang nyata. Seleksi pada kriteria ini berupa pengamatan terhadap kecerdasan dalam memilih dan mengolah simbol-simbol visual untuk menyampaikan pesan sesuai ide dan gagasan dalam karya yang dibuat.

Selanjutnya adalah power of content yang akan dilihat dari kesesuaian dan kekuatan relasi antara karya dan narasi yang ditawarkan. Kriteria ini menjadi salah satu kriteria yang digunakan untuk melatih para mahasiswa bertanggung jawab secara logis terhadap karya yang dihasilkan. Gagasan dan pesan dalam karya dinarasikan dengan teks sebagai jembatan komunikasi antara pengkarya dengan pemirsa yang akan mengamati karyanya.

Ilustrasi serta proses diatas menjadi gambaran tentang Outcome-Based Education yang menekankan pada proses pembelajaran inovatif, interaktif, dan efektif bagi mahasiswa baru angkatan 2020 yang saat ini baru memasuki semester kedua. Karya-karya yang tersaji pada pameran ini merupakan representasi dari embrio jiwa seni mahasiswa baru sekaligus upaya untuk menggugah rasa penasaran akan sebuah ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baru.

UNDUH KATALOG PADA LINK DI BAWAH INI

https://drive.google.com/file/d/1pkZ_OxrA3LP1c8eiQKRWqaQVCVniigDk/view

Cari
Kategori