Sebagai sebuah upaya pengembangan sarana pendidikan alternatif fotojurnalistik di Indonesia, Matanesia bersama Radjoetasa menyiapkan bentuk pendidikan lanjut bagi fotografer muda di Indonesia. Dengan mengusung semangat kolaboratif, program ini terbuka dan didesain agar memungkinkan fotografer muda dari seluruh pelosok Indonesia untuk bergabung dan mendapatkan materi pendidikan fotojurnalistik. Program pendidikan alternatif ini nantinya akan dilakukan secara daring dan didukung oleh sejumlah mentor di bidang fotografi dan kepenulisan, yaitu Ahmad Deny Salman (kurator independen ), Beawiharta (visual storyteller), Albertus Vembrianto (fotografer dokumenter) , Beky Subechi (Jawa Pos), Nathan Santoso (Radjoetasa), Fully Handoko (pewarta foto/EPA), Bahana Patria dan Ambrosius Harto (Harian Kompas) serta Oscar Motuloh (kurator).
Masa pendaftaran untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi fotografer muda usia 20-30 tahun ini ditutup pada 15 Juli 2020 lalu. Pendaftar harus mengirimkan formulir pendaftaran dan portofolio, yang hasil seleksinya diumumkan pada 20 Juli 2020. Sebanyak 50 pendaftar menyusun persyaratan dan portfolio dengan ketentuan yang ditetapkan. Tim seleksi yang terdiri dari Beky Subechi (Fotografer senior harian Jawa Pos) dan Mamuk Ismuntoro (Direktur Program HPFI – Pendiri Matanesia) menetapkan sebanyak 15 peserta yang lolos seleksi HPFI 2020. Peserta yang telah lulus seleksi tersebut adalah Ahmad Tri Hawaari (DKI Jakarta ), Arif Rahman AS (Pariaman-Sumatera Barat), Audrian Firhannusa (Semarang ), Diko Risanto (Surabaya), Fadhilah Yunviani Hidayat (Surabaya), Ivan Dwi Kurnia Putra (Surabaya), Laude M.Iqbal (Lhokseumawe – Aceh), Muh. Alif Alim Arifki (Makassar), Muhammad Zubeir (DKI Jakarta), Nindias Nur Khalika (Sleman), Mochammad Rafkha Gibrani (Brighton – UK), Rizal Hanafi (Surabaya), Sandika Fadilah Rusdani (Bogor), Taufik Rozzaq Nafiudin (Yogyakarta), Yahya M. Ilyas (Palu).
Dari 15 peserta yang lolos seleksi, salah satu di antaranya adalah mahasiswa Program Studi (Prodi) Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) , Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, yaitu Taufik Rozzaq Nafiudin, mahasiswa angkatan 2016. Taufik merupakan mahasiswa yang pernah mengikuti program kerja praktek di Harian Kompas. Antusiasmenya yang tinggi membawanya melalui berbagai petualangan dan aktivitas yang mendekatkannya kepada dunia fotografi jurnalistik. Baginya, foto jurnalistik menawarkan tantangan dan menjadi cara tutur yang jujur atas berbagai persoalan konkrit yang terjadi di tengah kehidupan bermasyarakat.
Karakter foto jurnalistik yang selalu menyajikan fakta lugas merupakan sebuah kelebihan yang selalu memantik rasa penasarannya. Baginya, belajar fotografi, khususnya fotografi jurnalistik dapat ditempuh dengan berbagai cara. Sebagai mahasiswa di Prodi Fotografi, FSMR, ISI Yogyakarta, ia merasakan keberuntungan tersendiri karena bekal wawasan dan keterampilan fotografi sudah ia pelajari di bangku kuliah. Selanjutnya, sebagai upaya untuk terus mengasah keterampilan, mengembangkan pengetahuan, serta membuka, dan melebarkan jaringan di dunia foto jurnalistik, ia pun mencoba menggapai keberuntungan untuk mengikuti berbagai perlombaan maupun workshop. Hal itupun terbukti, saat ini ia menjadi salah satu peserta yang lolos seleksi untuk mendapatkan hibah HPFI dan berkesempatan belajar langsung dengan mentor-mentor berpengalaman di bidang fotografi dan penulisan. Semoga apa yang dilakukan dan dicapai oleh Taufik Rozzaq Nafiudin menjadi stimulus bagi mahasiswa lain di Prodi Fotografi, FSMR, ISI Yogyakarta untuk selalu berupaya melakukan hal terbaik untuk berani menggapai mimpi, optimis mengembangkan diri, dan berkontribusi nyata di dunia fotografi.
